Waspada! Marak Illegal Fishing Ganti Baju
RadarRakyat.Info-Bukan kali ini saja bahwa Indonesia merupakan negara yang paling ditakuti di dunia. Indonesia negara kaya yang memiliki segala sumber daya alam yang melimpah.
Namun, idak sedikit pula dari sebagian negara ingin menikmati kekayaan Indonesia dengan cara-cara yang kotor atau bisa disebut maling.
Jika hal ini dibiarkan terus menerus, pasti suatu saat kekayaan kita akan surut dan anak cucu kita tak kebagian menikmati.
Terkait sumber kekayaan laut, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti sangat konsen dalam menyoroti pencurian ikan (illegal fishing) yang dilakukan nelayan-nelayan luar.
Para pencuri ikan yang masuk ke perairan Indonesia sudah banyak, ada yang tertangkap adapula yang dibebaskan.
Berbagai upaya dilakukan KKP untuk membuat jera para pelaku pencurian, termasuk menenggelamkan kapal.
Paling anyar, KKP menangkap 3 kapal asing pada 29 Juli 2017. Adapun sepanjang tahun ini total kapal asing yang ditangkap sebanyak 29 unit, seluruhnya berasal dari Vietnam dengan kapasitas 100 hingga 230 GT. Sementara sepanjang 2016 ada 36 kapal asing yng ditangkap.
Adapun ABK Kapal yang ditahan saat ini jumlahnya sebanyak 63 orang ABK di Natuna dan ada 110 ABK yang ditahan di Batam. Sementara yang sudah dipulangkan mencapai 695 orang.
Bahkan KKP sangat mengapresiasi bagi para nelayan Indonesia yang mengejar para pencuri ikan. Tak hanya itu, Susi pun berjanji akan mengganti bensin kapal-kapal nelayan yang berhasil menangkap kapal-kapal pencuri ikan di laut Indonesia. Susi pun menjamin bahwa para nelayan juga berhak menangkap kapal-kapal yang tertangkap tangan mencuri ikan. Hal itu dikatakan Susi sebelum satu tahun ia menjabat sebagai Menteri.
Akan tetapi, Susi kembali menegaskan bahwa nelayan tidak boleh menghakimi para pencuri ikan tersebut.
Sebagai bentuk kepedulian akan laut, sekaligus bagian dari tindak lanjut pemberantasan pencurian ikan, Senin 7 Agustus kemarin, Menteri Susi meninjau pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Natuna, Batam.
SKPT yang resmi beroperasi pada 1 Juni 2017 itu dibangun agar kapal ikan yang beroperasi di perairan Natuna dapat menjual ikannya di sana. Di taksir, SKPT yang dibangun sejak 2016 ini memiliki nilai investasi Rp112,2 miliar.
Hal ini kata Susi sejalan dengan keinginan Presiden Joko Widodo yang mencanangkan Indonesia sebagai poros maritim dunia dan laut sebagai masa depan Indonesia.
Dalam perjalanannya, pemerintah terus memperkuat pertahanan dan memprioritaskan pembangunan di pulau-pulau terdepan Indonesia, salah satunya Natuna yang menjadi pulau terdepan di kawasan utara Indonesia.
Menurut Susi, keinginan Presiden menjadikan laut sebagai masa depan bangsa harus dijadikan momentum oleh masyarakat Natuna untuk meningkatkan kesejahteraannya.
Sebab, masyarakat Natuna lebih menggantungkan hidup pada laut ketimbang daratan. Banyak masyarakat Natuna yang berprofesi sebagai nelayan.
“Jadi, bagi masyarakat Natuna, sudah jelas laut adalah masa depan anak cucu. Karena itu masyarakat Natuna sudah seharusnya tidak memunggungi laut,” kata Susi.
Selain itu, Susi juga meminta para nelayan di Natuna berhenti menggunakan bahan peledak untuk menangkap ikan di laut. Sebab, saat ini ikan di laut sudah banyak dan mudah ditangkap menyusul perginya kapal-kapal asing pencuri ikan dari wilayah laut Natuna.
Kementerian Kelautan dan Perikanan juga telah memberikan bantuan alat tangkap yang bisa digunakan menggantikan alat tangkap yang tak ramah lingkungan tersebut.
“Sekarang ikan sudah banyak, bapak tidak perlu ngebom lagi. Kalau anda orang yang punya agama, ada hadis bilang orang kufur sama nikmat Tuhan itu nanti celaka. Tuhan sudah kasih banyak ikan pada kita, masih saja rumah ikan dibom oleh kita,” katanya.
Menurut data, potensi perikanan di Natuna mencapai 1.143.341 ton. Namun, Susi ingin agar seluruh stakeholder terkait berkomitmen dalam menjalankan SKPT Natuna.
Ke depan, Menteri Susi menyampaikan, Jepang akan memberikan hibah berupa coastal radar dan integrated fiseries port yang di dalamnya terdapat pelabuhan, pasar ikan, serta cold storage.
“Yang penting kita mengerti tujuannya, jangan sampai menyimpang. Saya takut ini jatuh ke tangan pemain illegal fishing yang berganti baju. Kita harus waspada,” pinta dia.(BdK)
Namun, idak sedikit pula dari sebagian negara ingin menikmati kekayaan Indonesia dengan cara-cara yang kotor atau bisa disebut maling.
Jika hal ini dibiarkan terus menerus, pasti suatu saat kekayaan kita akan surut dan anak cucu kita tak kebagian menikmati.
Terkait sumber kekayaan laut, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti sangat konsen dalam menyoroti pencurian ikan (illegal fishing) yang dilakukan nelayan-nelayan luar.
Para pencuri ikan yang masuk ke perairan Indonesia sudah banyak, ada yang tertangkap adapula yang dibebaskan.
Berbagai upaya dilakukan KKP untuk membuat jera para pelaku pencurian, termasuk menenggelamkan kapal.
Paling anyar, KKP menangkap 3 kapal asing pada 29 Juli 2017. Adapun sepanjang tahun ini total kapal asing yang ditangkap sebanyak 29 unit, seluruhnya berasal dari Vietnam dengan kapasitas 100 hingga 230 GT. Sementara sepanjang 2016 ada 36 kapal asing yng ditangkap.
Adapun ABK Kapal yang ditahan saat ini jumlahnya sebanyak 63 orang ABK di Natuna dan ada 110 ABK yang ditahan di Batam. Sementara yang sudah dipulangkan mencapai 695 orang.
Bahkan KKP sangat mengapresiasi bagi para nelayan Indonesia yang mengejar para pencuri ikan. Tak hanya itu, Susi pun berjanji akan mengganti bensin kapal-kapal nelayan yang berhasil menangkap kapal-kapal pencuri ikan di laut Indonesia. Susi pun menjamin bahwa para nelayan juga berhak menangkap kapal-kapal yang tertangkap tangan mencuri ikan. Hal itu dikatakan Susi sebelum satu tahun ia menjabat sebagai Menteri.
Akan tetapi, Susi kembali menegaskan bahwa nelayan tidak boleh menghakimi para pencuri ikan tersebut.
Sebagai bentuk kepedulian akan laut, sekaligus bagian dari tindak lanjut pemberantasan pencurian ikan, Senin 7 Agustus kemarin, Menteri Susi meninjau pembangunan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Natuna, Batam.
SKPT yang resmi beroperasi pada 1 Juni 2017 itu dibangun agar kapal ikan yang beroperasi di perairan Natuna dapat menjual ikannya di sana. Di taksir, SKPT yang dibangun sejak 2016 ini memiliki nilai investasi Rp112,2 miliar.
Hal ini kata Susi sejalan dengan keinginan Presiden Joko Widodo yang mencanangkan Indonesia sebagai poros maritim dunia dan laut sebagai masa depan Indonesia.
Dalam perjalanannya, pemerintah terus memperkuat pertahanan dan memprioritaskan pembangunan di pulau-pulau terdepan Indonesia, salah satunya Natuna yang menjadi pulau terdepan di kawasan utara Indonesia.
Menurut Susi, keinginan Presiden menjadikan laut sebagai masa depan bangsa harus dijadikan momentum oleh masyarakat Natuna untuk meningkatkan kesejahteraannya.
Sebab, masyarakat Natuna lebih menggantungkan hidup pada laut ketimbang daratan. Banyak masyarakat Natuna yang berprofesi sebagai nelayan.
“Jadi, bagi masyarakat Natuna, sudah jelas laut adalah masa depan anak cucu. Karena itu masyarakat Natuna sudah seharusnya tidak memunggungi laut,” kata Susi.
Selain itu, Susi juga meminta para nelayan di Natuna berhenti menggunakan bahan peledak untuk menangkap ikan di laut. Sebab, saat ini ikan di laut sudah banyak dan mudah ditangkap menyusul perginya kapal-kapal asing pencuri ikan dari wilayah laut Natuna.
Kementerian Kelautan dan Perikanan juga telah memberikan bantuan alat tangkap yang bisa digunakan menggantikan alat tangkap yang tak ramah lingkungan tersebut.
“Sekarang ikan sudah banyak, bapak tidak perlu ngebom lagi. Kalau anda orang yang punya agama, ada hadis bilang orang kufur sama nikmat Tuhan itu nanti celaka. Tuhan sudah kasih banyak ikan pada kita, masih saja rumah ikan dibom oleh kita,” katanya.
Menurut data, potensi perikanan di Natuna mencapai 1.143.341 ton. Namun, Susi ingin agar seluruh stakeholder terkait berkomitmen dalam menjalankan SKPT Natuna.
Ke depan, Menteri Susi menyampaikan, Jepang akan memberikan hibah berupa coastal radar dan integrated fiseries port yang di dalamnya terdapat pelabuhan, pasar ikan, serta cold storage.
“Yang penting kita mengerti tujuannya, jangan sampai menyimpang. Saya takut ini jatuh ke tangan pemain illegal fishing yang berganti baju. Kita harus waspada,” pinta dia.(BdK)
Jika Anda menyukai Artikel di blog ini, Silahkan
klik disini untuk berlangganan gratis via email, Anda akan mendapat kiriman artikel setiap ada artikel yang terbit di Warta Seputar Kita
0 comments:
Posting Komentar